Kondisi di bawah tekanan atau stress sering muncul dalam interaksi manusia dengan lingkungannya. Stress terbentuk sebagai hasil aku ulasi dari respon psikologis dan emosional. Jika masalah tak terselesaikan maka seseorang rentan mengalami depresi.
Pemicu stress muncul hanya dalam momen-momen tertentu ( situasional). Sedih bisa membuat frustasi, tapi jangan sampai berlarut-larut. Kondisi tertekan dapat disiasati jika kita memiliki kemampuan mengelola stresor. Kemampuan tersebut berkaitan erat dengan proses kognitif (pola pikir) seseorang terhadap masalah yang muncul.
Stress dapat timbul ketika seseorang dalam kondisi mengejar suatu tujuan, misalnya saat mengerjakan ujian, dalam pertandingan, memenuhi deadline pekerjaan dan usaha kompetitif lainnya. Dalam kasusu seperti ini, stress dapat bersifat positif atau disebut juga eustress. Kondisi ini bisa memacu seseorang nuntuk lebih fokus dan bersemangat untuk meraih apa yang dituju.
Situasi atau kondisi yang tidak menguntungkan hendaknya jangan selalu dianggap sebagai masalah dan jangan ditanggapi dengan kondisi distress ( negatif). Hal ini bisa menurunkan kualitas hidup. Gunakan cara-cara positif untuk menikmati dan menghadapi suatu masalah. Sekali lagi peran proses kognitif sangat vital dalam menentukan apakah kondisi stres yang timbul akan menjadi eustres atau distres.
Untuk mengubah distres menjadi eustres, seseorang harus mampu melihat suatu permasalahan yang muncul dari berbagai sudut pandang, maksudnya adalah tidak hanya mengelola masalah melalui pola pikir yang sama. Proses kognitif (berpikir dan bertindak) megacu pada latar belakang, usia, pengalaman, cara pandang dan pola pikir seseorang dalam menghadapi masalah.
Intinya adalah kreatif dalam mengelola sumber stressor dan mencari sisi positif suatu masalah, bisa membalikkan keadaan dari menyedihkan menjadi menyenangkan. Bisa juga membantu mengubah setiap rintangan menjadi tantangan.
Dengan kreatif setiap kali menghadapi masalah seseorang akan mampu meraih hidup yang berkualitas.
Pengenalan anak-anak dengan stressor harus dimulai sejak dini. Mereka perlu merasakan bagaimana itu rasa kecewa, putus asa, atau krisis. Stressor mutlak diperlukan dalam membangun dan memperkuat benteng pertahanan jiwa.
Dengan jiwa yang kokoh, seseorang tak akan mudah terguncang atau yang lebih parah lagi menjadi sakit jiwa. Makin kokoh ketahanan jiwa yang terbentuk semasa kecil, makin sehat jiwanya di kemudian hari
Macam-macam Stressor
Ada empat macam stressor, yaitu : tekanan, konflik, frustasi dan krisis. Tak semua orang bisa tahan terhadap stresor. Mereka yang dididik dengan benar dan lengkap melalui latihan menghadapi stressor, umumnya akan lebih tahan dalam menghadapi stres sepanjang hidupnya. Orang yang diberondong stressor belum tentu mudah terkena stres. Stres terjadi bila jiwa gagal beradaptasi dengan kondisi dibawah tekanan.
Di sekolah-sekolah elite negara maju, para siswa diberi agenda tersendiri dengan wisata outbound di alam terbuka (rata-rata siswa tersebut hidup berkecukupan, apapun tersedia, pingin sesuatu langsung dikasih - mereka hampir tidak pernah memiliki stressor). Wisata outbound tersebut memang mempunyai tujuan, misalnya saja saat acara camping di tengah hutan dengan membawa bekal seadanya. Kondisi itu memang sengaja dibuat sangat berbeda dengan keseharian mereka yang serba berkecukupan. Dalam outbound tersebut, stressor memang sengaja diciptakan untuk melatih pertahanan jiwa. Tekanan, krisis, ataupun konflik yang timbul saat outbound akan menjadi vaksin bagi jiwa.
No comments:
Post a Comment