Monday, May 18, 2009

Benteng Pertahanan Jiwa

Mekanisme pertahanan jiwa agar mampu menolak terjadinya gangguan jiwa di tengah semakin beratnya terpaan badai kehidupan seperti sekarang ini. Ada 3 konsep yang perlu dipahami, ketiganya berfungsi sebagai benteng jiwa sehat.
1. Personaliti yang tangguh
2. Persepsi yang positif (positif thinkin)
3. Kemampuan adaptasi

Kepribadian yang tangguh adalah hasil pembelajaran selama proses perkembangan sejak kecil, tentunya hal ini
didapatkan dari asupan nilai-nilai yang ditanamkan dalam keluarga dan di sekolah, serta melalui pengalaman langsung.

Nilai-nilai tersebut hanya dapat berfungsi jika diterapkan langsung dalam keadaan nyata yaitu dengan banyak bergaul, baik dengan lingkungan benar maupun salah. Jika kita berani berkata ' Ya ' di lingkungan benar dan ' Tidak ' ketika di lingkungan salah, lama kelamaan kepribadian kita akan semakin tangguh.

Mengurung anak dengan tujuan menghindarkannya dari pengaruh buruk lingkungan, misalnya narkoba tidak akan menjamin di kelak kemudian hari dia tidak terjebak narkoba. Hal yang tepat adalah menanamkan nilai-nilai tangguh kepada anak serta memberi pengetahuan tentang betapa bahayanya narkoba. Kepribadian tangguh itu sendiri yang akan membuat anak berani menolak narkoba sepanjang hidupnya.

Persepsi. Seseorang yang selalu memandang peristiwa yang menimpa dirinya dengan positif dan memandang hari depannya dengan optimis maka dia akan memiliki jiwa yang sehat. Persepsi positif diperlukan untuk menghadapi kegagalan demi kegagalan dalam hidup sehingga tidak membuat diri mengjadi frustasi berlebih maupun menyalahkan diri sendiri, dan yang lebih parah adalah suicide (bunuh diri).

Kemampuan adaptasi. Segala sesuatu dalam hidup ini potensial untuk berubah. Hari ini bisa hidup mapan, tapi hari esok siapa yang tahu. Adaptasi akan membuat jiwa kita tangguh dalam menjalani kehidupan.

Penyesuaian diri yang baik dengan setiap perubahan yang ada akan membuat kita bangkit dan semakin maju setiap kali terjatuh. Ubah pemikiran dari 'mengapa semua ini harus kualami' menjadi 'setelah semua ini menimpaku, aku harus melakukan apa?'.

Bagaimana, setuju kan? Apa ada yang pernah mengalami pengalaman pribadi yang tidak mengenakkan? Entah itu di putus pacar, usaha internet selalu gagal? Mohon pendapatnya ya.....

No comments:

Post a Comment