Pria berumur 46 tahun ini menggunakan kaki palsu untuk membantu mobilitasnya. Kemudian ia membelinya di Solo. Namun belakangan ia mulai merasa tidak nyaman dengan kaki palsunya, sehingga ia mulai mencoba untuk memodifikasi agar bentuknya sesuai dengan kakinya.
Kaki Amputasi, Bukan Akhir Hidup. Sudarmada perlahan menyadari bahwa ia punya kemampuan merakit kaki palsu. “Saya juga diminta membuatkan kaki palsu oleh orangorang sekitar saya,” ujarnya. Pria asal Pulau Dewata ini akhirnya terjun menjadi pembuat kaki palsu sejak tahun 2000 silam.
Menurutnya, membuat kaki palsu perlu feeling karena setiap pasien mempunyai anatomi tubuh berbeda. Tiap pasien juga punya kebiasaan berjalan yang berbeda. Sebagai pembuat kaki palsu, Sudarmada pernah menerima penghargaan dari Kantor Menteri Negara Riset dan Teknologi, tiga tahun silam.
Adakah Sekolah Khusus Pembuat Kaki Palsu?
Sebagian besar pembuat kaki palsu di Indonesia seperti halnya Sudarmada, belajar secara otodidak. Mereka tidak memiliki latar belakang pendidikan formal yang memadai.
Padahal sebenarnya ada lembaga pendidikan formal yang memang secara khusus mengajarkan hal ini. Di Indonesia, setidaknya ada dua tempat pendidikan pembuatan kaki palsu, yakni Politeknik Kesehatan Surakarta, dan Politeknik Kesehatan Jakarta. Ilmu pembuatan kaki palsu disebut Orthotis Prosthetist, atau biasa disingkat OP.
Prosthetist adalah sebutan untuk ahli pembuatan alat bantu pengganti anggota gerak tubuh yang hilang akibat amputasi maupun cacat bawaan. Sedangkan istilah orthostist mengacu ke ahli pembuat alat bantu, tapi bukan karena amputasi melainkan karena layuh semisal polio, dan lainnya.
Nur Rachmat yang juga lulusan Politeknik Kesehatan Surakarta pada 2004 ini menilai lulusan sekolah OP memiliki kelebihan berupa pengetahuan medis, seperti anatomi tubuh manusia. Peraih beasiswa dari Pakistan Institute of Prosthetic and Orthotic Sciences itu mengingatkan, pengetahuan anatomi tubuh itu sangat perlu bagi pembuat kaki palsu.
Pria berusia 26 tahun ini mengungkap, orang yang kehilangan anggota tubuhnya memang tidak punya pilihan selain menggunakan alat bantu untuk membantunya hidup mandiri. Nur, panggilan akrabnya, bercerita, dirinya telah menekuni profesi sebagai pembuat kaki palsu sejak Januari 2006 lalu.
Profesi ini bisa dibilang warisan bagi Nur. Sang ayah juga merupakan ahli pembuat kaki palsu di RS Ortopedi dr. Soeharso, Surakarta. “Sejak SD saya sudah sering membantu ayah membuat kaki palsu,” ujar Nur.
Pembuatan kaki palsu dimulai dengan kegiatan pengukuran. Pada tahap ini, kaki palsu juga dicocokkan dengan anatomi tubuh si calon pemilik kaki palsu. Proses berikutnya adalah finishing, sesuai dengan pesanan.
Sering kali diperlukan kerja sama antara profesi Ortotik Prostetik dengan profesi Okupasi Terapis. Dalam kasus-kasus amputasi, seringkali terjadi hipersensitifitas pada bekas luka. Agar si penderita bisa nyaman menggunakan kaki palsu maka hipersensitif tersebut harus disembuhkan, disitulah letak peran Okupasi terapis.
Selain itu, apabila setelah memakai kaki palsu pasien belum mampu untuk melakukan aktivitasnya secara mandiri maka okupasi terapi diperlukan lagi untuk melatihnya.
Nur yang masih berusia muda, mengaku motivasinya menekuni usaha pembuatan kaki palsu semata-mata menolong orang lain. “Pekerjaan ini membuat hidup saya lebih berguna dan berarti,” tuturnya.
Nur bercerita,'pernah ada seorang nenek yang langsung berlari memeluknya saat selesai mengenakan kaki palsu buatannya, padahal di waktu-waktu sebelumnya ketika datang, nenek itu terlihat mengalami depresi karena kakinya diamputasi,”
Kehilangan satu atau dua kaki pasti sangat menyesakkan, sebuah pukulan yang bisa dibilang teramat berat. Namun itu bukanlah akhir dari hidup Anda. Dengan menggunakan kaki palsu pun Anda tetap bisa melanjutkan hidup secara mandiri, tanpa harus merepotkan orang lain.
Informasi lebih lengkap silahkan kunjungi website Mas Nur Rachmad di www.kuspito.com
No comments:
Post a Comment