Warna dalam Fotografi
WARNA selalu memberi kesan. Setiap individu memiliki kesan berbeda terhadap warna. Sebab, warna sangat merespons mata dan merangsang rasa. Pilihan warna dalam foto memberi pengaruh langsung terhadap persepsi penikmatnya.
Warna juga menjadi simbol serta identifikasi terhadap sesuatu. Warna sangat berkorespondensi dengan elemen bentuk maupun cahaya. Karena itu, warna menjadi salah satu elemen penting dalam fotografi. Foto-foto piktorial lebih cenderung menekankan warna agar terlihat eye catching.
Warna dalam fotografi dibagi tiga macam. Yakni,
(1) warna fisik atau cahaya,
(2) warna kimiawi, dan
(3) warna psikis. Warna cahaya merupakan warna dari gelombang elektromagnetik yang dipancarkan sumber cahaya.
Warna sebagai bagian dari spektrum cahaya terdiri atas bermacam panjang gelombang. Masing-masing panjang gelombang memberi warna yang berbeda. Hanya sebagian kecil spektrum cahaya di alam ini yang bisa ditangkap oleh medium mata. Spektrum cahaya yang tampak oleh mata berkisar 400 nm-700 nm.
Di antara sejumlah warna dalam spektrum yang tampak, terdapat tiga warna sebagai warna dasar. Disebut warna dasar karena warna itulah yang membentuk warna-warna lain dalam kombinasinya.
Warna triple tersebut terdiri atas red, green, dan blue atau dikenal dengan istilah warna RGB. Hasil kamera foto digital yang kita gunakan merupakan perpaduan filter warna RGB yang ditempatkan di permukaan sensor. Warna-warna RGB dalam susunan mozaik di atas photosite tersebut menjadikan foto digital berwarna.
Jadi, sebenarnya sinyal elektrik hasil konvensi prosesor melalui sensor berupa informasi data monokrom. Filter RGB-lah yang menjadikannya berwarna. Warna red, green, dan blue disebut pula warna addictive.
Berbeda dari warna yang dihasilkan spektrum cahaya, warna kimiawi merupakan warna yang sudah ada pada benda. Warna materi adalah warna pigmen yang dimiliki sebuah benda dan memberi karakteristik warna yang berbeda dari warna cahaya. Pigmentasi pada benda tidak menghasilkan cahaya, melainkan bergantung sumber cahaya sekitarnya yang menerangi agar terlihat mata.
Klasifikasi warna pigmen, menurut teori Prang, digolongkan dalam beberapa tingkat. Yaitu, (1) warna primer, (2) warna sekunder, dan (3) warna tersier. Warna primer merupakan warna dasar yang menghasilkan turunan warna dari hasil kombinasinya. Warna dasar itu terdiri atas warna merah (red), kuning (yellow), dan biru (blue). Sedikit berbeda dari warna addictive.
Dalam teori ini, warna turunan hasil pencampuran warna primer disebut warna sekunder. Warna sekunder merupakan campuran dua warna primer. Contohnya, warna merah dicampur kuning menghasilkan warna oranye atau jingga. Warna kuning dengan biru menghasilkan warna hijau. Sedangkan pencampuran biru dengan merah menghasilkan warna ungu. Sementara itu, warna tersier merupakan gabungan warna sekunder dengan warna primer.
Warna psikis merupakan representasi elemen warna dalam foto yang memberi pengaruh psikologis dalam diri seseorang. Warna menjadi simbol yang digunakan untuk menginterpretasikan makna. Selain memberi deskripsi suasana yang berhubungan dengan rasa, warna juga memberi keindahan, menarik perhatian, serta berperan penting dalam penyampaian pesan.
Keagungan, kemewahan, kesejukan, kesedihan, maupun kegembiraan adalah gambaran terbatas terhadap kesan yang ditampilkan oleh warna. Karena itu, warna hangat (warm color) dan warna dingin (cool color) termasuk warna psikis.
Di antara dua macam warna itu, warm color dan cool color, terdapat warna netral (neutral color). Warna dingin (cool color) merupakan warna yang memberi kesan kesejukan, kedamaian, dan ketenangan. Misalnya biru, hijau, dan ungu. Warna biru merupakan warna langit siang hari ketika cerah. Sedangkan hijau lebih identik dengan warna hijau daun.
Warna hangat (warm color) berhubungan dengan matahari yang bersinar saat pagi. Warna-warna yang muncul, antara lain, merah, magenta, oranye, dan kuning yang memberi kesan kehangatan.
Sedangkan neutral color terdiri atas warna putih, hitam, dan abu-abu. Selain itu, banyak yang memasukkan cokelat, silver, dan gading ke dalam warna netral.
Memilih warna dalam konteks fotografi berbeda dari memilih warna untuk desain interior. Dalam desain interior, semua warna dapat dipilih dan diatur pewarnaannya sesuai keinginan kita. Untuk fotografi, pemilihan warna merupakan upaya pemaduan warna sebelum pengambilan gambar. Pemilihan warna-warna objek dalam konsep still life. Bisa juga menghindari atau menyeleksi kolaborasi unsur materi dengan background. Menyajikan warna background yang tidak sama dengan subjek.
Bagaimana membuat warna selaras atau harmonis? Kombinasi warna sangat diperlukan untuk menunjang keserasian itu. Perpaduan warna terdiri atas (1) warna gradasi, (2) warna senada, (3) warna kontras atau komplemen, serta (4) warna acak atau tak beraturan.
Warna kontras merepresentasikan kebalikan dari dua warna dalam metode diagram lingkaran warna brewster. Warna terang dengan warna gelap, misalnya, antara hitam dan putih. Warna yang berseberangan bisa cyan dengan merah, magenta dengan hijau, atau biru dengan kuning.
sumber jawapos Minggu, 30 Agustus 2009
WARNA selalu memberi kesan. Setiap individu memiliki kesan berbeda terhadap warna. Sebab, warna sangat merespons mata dan merangsang rasa. Pilihan warna dalam foto memberi pengaruh langsung terhadap persepsi penikmatnya.
Warna juga menjadi simbol serta identifikasi terhadap sesuatu. Warna sangat berkorespondensi dengan elemen bentuk maupun cahaya. Karena itu, warna menjadi salah satu elemen penting dalam fotografi. Foto-foto piktorial lebih cenderung menekankan warna agar terlihat eye catching.
Warna dalam fotografi dibagi tiga macam. Yakni,
(1) warna fisik atau cahaya,
(2) warna kimiawi, dan
(3) warna psikis. Warna cahaya merupakan warna dari gelombang elektromagnetik yang dipancarkan sumber cahaya.
Warna sebagai bagian dari spektrum cahaya terdiri atas bermacam panjang gelombang. Masing-masing panjang gelombang memberi warna yang berbeda. Hanya sebagian kecil spektrum cahaya di alam ini yang bisa ditangkap oleh medium mata. Spektrum cahaya yang tampak oleh mata berkisar 400 nm-700 nm.
Di antara sejumlah warna dalam spektrum yang tampak, terdapat tiga warna sebagai warna dasar. Disebut warna dasar karena warna itulah yang membentuk warna-warna lain dalam kombinasinya.
Warna triple tersebut terdiri atas red, green, dan blue atau dikenal dengan istilah warna RGB. Hasil kamera foto digital yang kita gunakan merupakan perpaduan filter warna RGB yang ditempatkan di permukaan sensor. Warna-warna RGB dalam susunan mozaik di atas photosite tersebut menjadikan foto digital berwarna.
Jadi, sebenarnya sinyal elektrik hasil konvensi prosesor melalui sensor berupa informasi data monokrom. Filter RGB-lah yang menjadikannya berwarna. Warna red, green, dan blue disebut pula warna addictive.
Berbeda dari warna yang dihasilkan spektrum cahaya, warna kimiawi merupakan warna yang sudah ada pada benda. Warna materi adalah warna pigmen yang dimiliki sebuah benda dan memberi karakteristik warna yang berbeda dari warna cahaya. Pigmentasi pada benda tidak menghasilkan cahaya, melainkan bergantung sumber cahaya sekitarnya yang menerangi agar terlihat mata.
Klasifikasi warna pigmen, menurut teori Prang, digolongkan dalam beberapa tingkat. Yaitu, (1) warna primer, (2) warna sekunder, dan (3) warna tersier. Warna primer merupakan warna dasar yang menghasilkan turunan warna dari hasil kombinasinya. Warna dasar itu terdiri atas warna merah (red), kuning (yellow), dan biru (blue). Sedikit berbeda dari warna addictive.
Dalam teori ini, warna turunan hasil pencampuran warna primer disebut warna sekunder. Warna sekunder merupakan campuran dua warna primer. Contohnya, warna merah dicampur kuning menghasilkan warna oranye atau jingga. Warna kuning dengan biru menghasilkan warna hijau. Sedangkan pencampuran biru dengan merah menghasilkan warna ungu. Sementara itu, warna tersier merupakan gabungan warna sekunder dengan warna primer.
Warna psikis merupakan representasi elemen warna dalam foto yang memberi pengaruh psikologis dalam diri seseorang. Warna menjadi simbol yang digunakan untuk menginterpretasikan makna. Selain memberi deskripsi suasana yang berhubungan dengan rasa, warna juga memberi keindahan, menarik perhatian, serta berperan penting dalam penyampaian pesan.
Keagungan, kemewahan, kesejukan, kesedihan, maupun kegembiraan adalah gambaran terbatas terhadap kesan yang ditampilkan oleh warna. Karena itu, warna hangat (warm color) dan warna dingin (cool color) termasuk warna psikis.
Di antara dua macam warna itu, warm color dan cool color, terdapat warna netral (neutral color). Warna dingin (cool color) merupakan warna yang memberi kesan kesejukan, kedamaian, dan ketenangan. Misalnya biru, hijau, dan ungu. Warna biru merupakan warna langit siang hari ketika cerah. Sedangkan hijau lebih identik dengan warna hijau daun.
Warna hangat (warm color) berhubungan dengan matahari yang bersinar saat pagi. Warna-warna yang muncul, antara lain, merah, magenta, oranye, dan kuning yang memberi kesan kehangatan.
Sedangkan neutral color terdiri atas warna putih, hitam, dan abu-abu. Selain itu, banyak yang memasukkan cokelat, silver, dan gading ke dalam warna netral.
Memilih warna dalam konteks fotografi berbeda dari memilih warna untuk desain interior. Dalam desain interior, semua warna dapat dipilih dan diatur pewarnaannya sesuai keinginan kita. Untuk fotografi, pemilihan warna merupakan upaya pemaduan warna sebelum pengambilan gambar. Pemilihan warna-warna objek dalam konsep still life. Bisa juga menghindari atau menyeleksi kolaborasi unsur materi dengan background. Menyajikan warna background yang tidak sama dengan subjek.
Bagaimana membuat warna selaras atau harmonis? Kombinasi warna sangat diperlukan untuk menunjang keserasian itu. Perpaduan warna terdiri atas (1) warna gradasi, (2) warna senada, (3) warna kontras atau komplemen, serta (4) warna acak atau tak beraturan.
Warna kontras merepresentasikan kebalikan dari dua warna dalam metode diagram lingkaran warna brewster. Warna terang dengan warna gelap, misalnya, antara hitam dan putih. Warna yang berseberangan bisa cyan dengan merah, magenta dengan hijau, atau biru dengan kuning.
sumber jawapos Minggu, 30 Agustus 2009
No comments:
Post a Comment