Plasma Nutfah Insektisida Nabati.
Insektisida nabati merupakan salah satu sarana pengendalian hama alternatif yang layak dikembangkan, karena senyawa insektisida dari tumbuhan tersebut mudah terurai di lingkungan dan relatif aman terhadap mahkluk bukan sasaran. Pencarian sumber nabati atau varietas unggul masih memerlukan upaya khusus dan sungguh-sungguh. Koleksi plasma nutfah tanaman insektisida nabati di Balittro sangat terbatas baik jenis maupunaksesi pada tiap-tiap jenis; koleksi tersebut tersebar di 5 kebun percobaan, yaitu Cikampek, Cimanggu, Sukamulya, Manoko, dan Gunung Putri. Upaya eksplorasi, koleksi, dan pelestarian untuk meningkatkan keragaman genetik sangat diperlukan, demikian juga halnya dengan kegiatan karakterisasi dan evaluasi plasma nutfah yang ada. Diharapkan dari kegiatan-kegiatan tersebut, semua potensi dari setiap aksesi dapat dimanfaatkan secara maksimal untuk menghasilkan jenis-jenis unggul baru. Sampai saat ini karakterisasi dan evaluasi pendahuluan telah dilakukan pada beberapa jenis tanaman, diantaranya bengkuang, mimba, derris, dan selasih.
PLASMA NUTFAH INSEKTISIDA NABATI.
Plasma nutfah tanaman insektisida nabati di Balittro sangat terbatas baik jenis maupun aksesi pada tiap-tiap jenis. Selama ini upaya pengumpulan keragaman plasma nutfah tanaman tersebut hanya dilakukan melalui donor-donor apabila ada kunjungan peneliti ke daerah, oleh karena itu, eksplorasi secara khusus maupun introduksi dari luar negeri perlu dilakukan untuk meningkatkan keragaman yang ada. Untuk melestarikan koleksi plasma nutfah insektisida nabati dilakukan dalam bentuk koleksi hidup di 5 kebun percobaan di Jawa Barat yang memiliki kondisi agroekologi yang berbeda, yaitu di KP. Cikampek (50 m dpl), KP.Cimanggu (240 m dpl), KP.
Sukamulya (400 m dpl), KP. Manoko (1200 m dpl), dan KP. Gunung Putri (1500 m dpl). Diantara plasma nutfah insektisida nabati, bengkuang (Pachyrhizus erosus Urban), mimba (Azadirachta indica A. Juss), akar tuba (Derris elliptica Benth), dan selasih (Ocimum spp.) merupakan tanaman yang cukup potensial untuk diteliti. Bengkuang (Pachyrhizus erosus Urban) Tanaman bengkuang termasuk dalam famili Leguminosae, tanaman ini berasal dari Meksiko dan Amerika Tengah bagian Utara. Dari Meksiko diintroduksi ke Filipina oleh bangsa Spanyol, kemudian menyebar ke berbagai negara di Asia Tenggara termasuk Indonesia (Tindal, 1983;
Purseglove, 1987). Saat ini tanaman bengkuang banyak diusahakan di negara-negara beriklim tropik. Bengkuang merupakan salah satu tanaman yang berpotensi sebagai sumber insektisida nabati yang berspektrum luas (Grainge dan Ahmed,1988). Semua bagian tanaman bengkuang kecuali umbi mengandung rotenon; berdasarkan bobot kering, kandungan rotenon pada batang adalah 0,03%, daun 0,11%, polong 0,02%, dan biji 0,66% (Duke, 1981). Kandungan rotenon murni pada biji yang telah masak berkisar 0,5 - 1,0% (Sorensen, 1996). Serbuk atau tepung biji
bengkuang dapat digunakan untuk melindungi benih tanaman dari gangguan hama gudang (Kardinan,1999), hama utama kacang hijau dan kacang tunggak, yaitu Callosobruchus
maculates (Ibadurrahman, 1993), serta kepik Lophobaris serratipes Marsh. yang merupakan salah satu hama utama tanaman lada (Mustikawati dan Martono, 1993).
Insektisida nabati merupakan salah satu sarana pengendalian hama alternatif yang layak dikembangkan, karena senyawa insektisida dari tumbuhan tersebut mudah terurai di lingkungan dan relatif aman terhadap mahkluk bukan sasaran. Pencarian sumber nabati atau varietas unggul masih memerlukan upaya khusus dan sungguh-sungguh. Koleksi plasma nutfah tanaman insektisida nabati di Balittro sangat terbatas baik jenis maupunaksesi pada tiap-tiap jenis; koleksi tersebut tersebar di 5 kebun percobaan, yaitu Cikampek, Cimanggu, Sukamulya, Manoko, dan Gunung Putri. Upaya eksplorasi, koleksi, dan pelestarian untuk meningkatkan keragaman genetik sangat diperlukan, demikian juga halnya dengan kegiatan karakterisasi dan evaluasi plasma nutfah yang ada. Diharapkan dari kegiatan-kegiatan tersebut, semua potensi dari setiap aksesi dapat dimanfaatkan secara maksimal untuk menghasilkan jenis-jenis unggul baru. Sampai saat ini karakterisasi dan evaluasi pendahuluan telah dilakukan pada beberapa jenis tanaman, diantaranya bengkuang, mimba, derris, dan selasih.
PLASMA NUTFAH INSEKTISIDA NABATI.
Plasma nutfah tanaman insektisida nabati di Balittro sangat terbatas baik jenis maupun aksesi pada tiap-tiap jenis. Selama ini upaya pengumpulan keragaman plasma nutfah tanaman tersebut hanya dilakukan melalui donor-donor apabila ada kunjungan peneliti ke daerah, oleh karena itu, eksplorasi secara khusus maupun introduksi dari luar negeri perlu dilakukan untuk meningkatkan keragaman yang ada. Untuk melestarikan koleksi plasma nutfah insektisida nabati dilakukan dalam bentuk koleksi hidup di 5 kebun percobaan di Jawa Barat yang memiliki kondisi agroekologi yang berbeda, yaitu di KP. Cikampek (50 m dpl), KP.Cimanggu (240 m dpl), KP.
Sukamulya (400 m dpl), KP. Manoko (1200 m dpl), dan KP. Gunung Putri (1500 m dpl). Diantara plasma nutfah insektisida nabati, bengkuang (Pachyrhizus erosus Urban), mimba (Azadirachta indica A. Juss), akar tuba (Derris elliptica Benth), dan selasih (Ocimum spp.) merupakan tanaman yang cukup potensial untuk diteliti. Bengkuang (Pachyrhizus erosus Urban) Tanaman bengkuang termasuk dalam famili Leguminosae, tanaman ini berasal dari Meksiko dan Amerika Tengah bagian Utara. Dari Meksiko diintroduksi ke Filipina oleh bangsa Spanyol, kemudian menyebar ke berbagai negara di Asia Tenggara termasuk Indonesia (Tindal, 1983;
Purseglove, 1987). Saat ini tanaman bengkuang banyak diusahakan di negara-negara beriklim tropik. Bengkuang merupakan salah satu tanaman yang berpotensi sebagai sumber insektisida nabati yang berspektrum luas (Grainge dan Ahmed,1988). Semua bagian tanaman bengkuang kecuali umbi mengandung rotenon; berdasarkan bobot kering, kandungan rotenon pada batang adalah 0,03%, daun 0,11%, polong 0,02%, dan biji 0,66% (Duke, 1981). Kandungan rotenon murni pada biji yang telah masak berkisar 0,5 - 1,0% (Sorensen, 1996). Serbuk atau tepung biji
bengkuang dapat digunakan untuk melindungi benih tanaman dari gangguan hama gudang (Kardinan,1999), hama utama kacang hijau dan kacang tunggak, yaitu Callosobruchus
maculates (Ibadurrahman, 1993), serta kepik Lophobaris serratipes Marsh. yang merupakan salah satu hama utama tanaman lada (Mustikawati dan Martono, 1993).
No comments:
Post a Comment