Monday, November 16, 2009

Manfaat Hutan Mangrove

Manfaat Hutan Mangrove

Sumberdaya mangrove yang berpotensi dimanfaatkan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat dapat dilihat dari dua tingkatan, yaitu tingkat ekosistem mangrove secara keseluruhan dan tingkat komponen ekosistem sebagai komponen biotik primer (primary biotic component), sebagai berikut :

TINGKAT EKOSISTEM MANGROVE SECARA KESELURUHAN.

a. Lahan tambak, lahan pertanian dan kolam garam

Di beberapa lokasi di Indonesia, seperti di pantai timur Sumatera, pantai utara Jawa, kawasan pantai Kalimantan, pantai Sulawesi, Bali, Nusa Tenggra dan pulau-pulau lainnya, banyak lahan mangrove dikonversi untuk lahan tambak, lahan pertanian dan kolam pembuatan garam. Fakta di lapangan menunjukkan bahwa pengkonversian lahan mangrove menjadi jenis penggunaan lain seperti tersebut di atas dilakukan dengan tidak memperhatikan prinsip-prinsip kelestarian ekosistem.

Sebenarnya dari sudut pandang ilmiah, lahan mangrove bisa dikonversi menjadi jenis penggunaan lain dalam proporsi dan pada lokasi yang tepat sesuai dengan persyaratan ekologis tumbuhnya mangrove dan persyaratan kesesuaian lahan untuk jenis penggunaan yang direkomendasikan.

b. Lahan pariwisata

Beberapa potensi ekosistem mangrove yang merupakan modal penting bagi tujuan rekreasi adalah :
(1) Bentuk perakaran yang khas umum ditemukan pada beberapa jenis pohon mangrove, seperti akar tunjang (Rhizophora spp.), akar lutut (Bruguiera spp.), akar pasak (Sonneratia spp. dan Avicennia spp.), akar papan (Heritiera spp.), dan lain-lain.

(2) Buahnya yang bersifat vivipar (buah berkecambah semasa masih menempel pada pohon) yang diperlihatkan oleh beberapa jenis pohon mangrove, seperti jenis-jenis yang tergolong suku Rhizophoraceae.

(3) Adanya zonasi yang sering berbeda mulai dari pinggir pantai sampai pedalaman (transisi dengan hutan rawa).

(4) Berbagai jenis fauna dan flora yang berasosiasi dengan ekosistem mangrove, dimana jenis fauna dan flora tersebut kadang-kadang jenis endemik bagi daerah yang bersangkutan.

(5) Atraksi adat istiadat tradisional penduduk setempat yang berkaitan dengan sumberdaya mangrove.

(6) Saat ini, nampaknya hutan-hutan mangrove yang dikelola secara rasional untuk pertambakan/tambak tumpangsari, penebangan, pembuatan garam, dan lain-lain bisa menarik para wisatawan.


Bentuk-bentuk kegiatan rekreasi yang dapat dikembangkan di hutan mangrove adalah berburu, memancing, berlayar, berenang, melihat atraksi berbagai satwa, fotografi, piknik dan berkemah, melihat atraksi adat istiadat tradisional penduduk setempat, dan lain-lain.
TINGKAT KOMPONEN EKOSISTEM SEBAGAI KOMPONEN BIOTIK PRIMER

a. Flora

Dalam skala komersial, berbagai jenis kayu mangrove dapat digunakan sebagai :
· Chips untuk bahan baku kertas terutama jenis Rhizophora spp. dan Bruguiera spp.
· Penghasil industri papan dan plywood, terutama jenis Bruguiera spp. dan Heritiera littoralis.
·Tongkat dan tiang pancang (scalfold) terutama jenis Bruguiera spp., Ceriops spp., Oncosperma sp., dan Rhizophora apiculata.
·Kayu bakar dan arang yang berkualitas sangat baik.

b. Fauna

Sebagian besar jenis fauna mangrove yang berpotensi dimanfaatkan oleh masyarakat adalah berupa berbagai jenis ikan, kepiting dan burung.
b.1.Ikan
Berdasarkan hasil penelitian para ahli ada lebih dari sekitar 52 jenis ikan yang hidup di habitat mangrove Indonesia. Dari berbagai jenis ikan tersebut ada enam jenis yang umum diketemukan, yaitu Mullet (Mugil cephalus), Snapper (anggota Lutjanidae), Milkfish (Chanos chanos), seabass (Lates calcarifer), Tilapia (Tillapia sp.), Mudskipper (Periothalmus spp.)
b.2. Udang dan kepiting
Ada sekitar 61 jenis udang dan kepiting yang hidup di habitat mangrove Indonesia, diantaranya jenis-jenis yang umum diketemukan di habitat tersebut, adalah : Uca spp. (fiddler crab), Sesarma spp., Scylla serata, Macrobrachium rosenbergii, Penaeus spp. Jenis udang, bandeng dan kepiting biasanya dibudidayakan oleh masyarakat dalam bentuk tambak, sedangkan jenis-jenis ikan lainnya dan Crustaceae serta moluska diperoleh oleh masyarakat melalui penangkapan.
b.3. Burung
Berdasarkan beberapa hasil penelitian yang telah dilakukan di berbagai lokasi dilaporkan bahwa ada sekitar 51 jenis burung yang berasosiasi dengan mangrove, diantaranya yang umum ditemukan adalah pecuk (Anhinga sp. dan Phalacocorax sp.), cangak dan blekok (Ardea sp.), bangau/kuntul (Egretta sp. dan Leotoptilos sp.). Masyarakat sekitar mangrove pada waktu-waktu tertentu berburu burung dan memungut telur burung untuk bahan makanan atau untuk dijual, seperti yang terjadi di hutan mangrove Pulau Rambut (Departemen Kehutanan, 1994), Karang Gading dan Langkat (Hanafiah-Oeliem et al. 2000). Hal yang sama juga penulis temui di berbagai kawasan mangrove seperti di Sumatera, Kalimantan, Jawa, Sulawesi, Papua dan pulau-pulau lainnya.
b.4. Lebah madu
Hutan mangrove merupakan salah satu tempat bersarang yang baik bagi lebah madu, sehingga mangrove sangat potensial untuk menghasilkan madu. Umumnya, lebah madu membuat sarang pada pohon Avicennia spp, Ceriops spp., dan Excoecaria agallocha. Dengan adanya lebah madu membuat sarang di pohon-pohon mangrove akan sangat menguntungkan bagi masyarakat di sekitar kawasan mangrove, yakni dapat memungut madu. Selain memungut madu dari alam dari alam, masyarakat juga bisa mendapatkannya dengan beternak lebah madu.

Berdasarkan kegunaan produk yang dihasilkannya maka produk-produk ekosistem mangrove dikelompokkan menjadi dua yaitu : produk langsung (Tabel 2) dan produk tidak langsung (Tabel 3). Beberapa produk mangrove yang saat ini sudah diusahakan secara meluas dan komersial adalah sebagai berikut :
(a) Arang
Arang digunakan secara tradisional untuk memasak sehari-hari. Di beberapa negara berkembang arang tersebut telah diusahakan secara komersial dan diekspor, contoh : Rhizophora mucronata dan Rh. apiculata (nilai kalori kayu 7.300 kal/g).
(b) Kayu Bakar
Kayu bakar dimanfaatkan oleh penduduk yang tinggal di sekitar pesisir untuk keperluan sehari-hari, contoh : Ceriops, Avicennia, Xylocarpus, Heritiera, Excoecaria, Bruguiera dan Lumnitzera .
(c) Ekstraksi Tanin
Tanin adalah produk hutan mangrove yang dapat dipakai untuk keperluan pabrik tinta, plastik dan lem. Selain itu juga tanin digunakan untuk mencelup jala ikan dan menyamak bahan dari kulit, contoh : kulit batang Rhizophora (kandungan tanin 27 %), Bruguiera gymnorrhiza (kandungan tanin 41 %), dan Ceriops tagal (kandungan tanin 46 %).
(d) Destilasi Kayu
Kegiatan destilasi kayu umumnya dilakukan di negara Thailand, alat destilasinya terdapat di Ranong, pesisir barat Thailand. Bahan mentah destilasi ini diperoleh dari lubang-lubang angin alat pembakaran arang. Bahan mentah destilasi ini mengandung pyroligneous yang bisa dipecah menjadi asam asetat, metanol dan tar dengan perbandingan 5.5 %, 3.4 % dan 6.6 % berturut-turut.
(e) Kayu Chips
Kayu chips ini merupakan bahan baku untuk pembuatan rayon, negara yang membuat kayu chips dari mangrove adalah Indonesia, Malaysia, Thailand dan Filipina dengan tujuan ekspor terutama ke Jepang.

No comments:

Post a Comment