Tuesday, February 10, 2009

Cerita Pendek | Reni Oh Reni



Senyum itu indah, Senyum itu sunnah, Senyum itu kamu !
By Your Secret Admire...
Message sent : Rh3nY Sw33t
Delivered

Perasaanku saat ini lagi ngga tenang dan gelisah, kira-kira sms yang aku kirim barusan ini udah bagus ngga sih. Mampus dah kalau dia nelpon balik. Atau mungkin langsung dibalas seperti ini, "ah kurang kerjaan nih orang" atau lebih sadisnya lagi sudah baca langsung delete. Sementara berpikiran aneh-aneh, aku tiba-tiba mendengar lagunya sheila on 7-pemuja rahasia yang asalnya dari meja itu.

Terima kasih !
New message from : Rh3nY Sw33t

Cuek banget sih Ren? apakah kamu tidak sadar jika ada seseorang yang ngga waras ini sangat memujamu. Sudah 3 tahun aku memerhatikanmu, kamu di jurusan sastra aku di jurusan ekonomi. Aku ngga ada keberanian untuk mau kenalan denganmu cukup dengan pandangan matamu itu sudah menyihir tubuhku menjadi kaku sehingga tak mampu mengeluarkan satu katapun. Jujur baru pertama kali ini aku melihat mata seindah ini. Agak bulat dengan bulunya yang panjang melengkung. Tiap jam 11, aku sudah berada di bawah pohon besar depan kelasmu. Tempat ini sangat strategis untuk bisa melihat semua gerak-gerikmu. Aku tahu pada jam 11 itu, pasti kamu ke kantin kalau bukan untuk makan yah baca buku-buku sastra.


Kadang tiap hari aku sms dia nanyain kabar, ngasih perhatian dan balasannya cukup singkat dan padat yaitu Terima Kasih yah...! Ada suatu momen waktu aku sms dia, dia cukup respon. aku tahu dia pasti penasaran ma aku. Aku berhasil membuatnya penasaran. Thanks Adi, kamu adalah pahlawanku, cuma heran aja darimana kamu bisa dapat nomornya padahal kita beda fakultas, trus katanya memang cuma orang terdekatnya aja yang tahu nomornya. Ah, bodoh amat, yang jelas aku sudah sms-an ama cintaku tercinta. Bagiku itu sudah kemajuan yang luar biasa. Yang bikin besar kepalaku ketika Reni di smsnya bilang "kamu puitis juga, jadi penasaran mau lihat orangnya". Hatiku berbunga-bunga, pikiranku melayang-layang. yang ada dibenakku cuma Reni, Reni dan Reni.

"Aku melihat tanah lapang yang dipenuhi bunga-bunga mawar dan dibalik pohon rimbun itu Reni dengan selendangnya melingkari leher lembutnya yang putih mulus bersembunyi dariku, aku mendekatinya iya menghindar.oh ternyata ia ingin diburu, kami pun saling kejar-kejaran, berlari-lari kecil sambil memutari pohon rimbun itu". Trrreeeeeetttt.....!!! "Qino....!!! bangun udah kesiangan tuh, katanya ada janji ?" Teriak ibu,di balik pintu kamarku. Iyaaaaaa, udah bangun kok. Ah Ibu mengganggu sj, padahal mimpinya lagi seru-serunya. Astaga udah jam berapa sekarang, mati aku tadi malam kan aku udah sepakat sama Reni untuk ketemuan di kantin kampus jam 10. Kurang 15 menit lagi jam 10, aku bergegas mandi lalu sarapan. Pas jam 10 baru aku berangkat ke kampus, dengan terburu-buru sampai lupa pamitan sama ibu. Maaf yah bu, aku udah ngga sabaran ketemu Reni. Gas motorku langsung kutancap, biar polisi tidur aku hajar. Aku lihat di speedometer dikisaran 120 km/jam. Putih...!

"Qino, ibu sudah bilang kan kalau baru bangun itu jangan langsung bangun begitu saja. Tenangkan dulu dirimu dan periksa nafas hidungmu". "Ibuku selalu mengajarkan kepada saya budaya orang-orang dulu yang katanya kita harus memeriksa nafas hidung setelah baru bangun dari tidur, atau mau keluar rumah. Jika lubang hidung sebelah kiri yang lebih kencang maka anggota badan sebelah kiri pula yang harus memulai aktifitasnya begitupun sebaliknya. Aku baru sadar kalau aku berada di Rumah Sakit dan sudah 3 jam aku pingsan. Aku melihat perawat-perawat mondar mandir sibuk ngurusin pasien-pasien di UGD ini. Yang ada di depanku cuma Ibuku seorang, kakak dan ayah saya kata ibu sementara di jalan. Lukaku cukup parah, bagian yang paling sakit kurasa di bagian leher dan pipi. kayaknya pusat lukaku yang parah ada pada bagian wajah deh. Aku merasa di bagian kaki dan lengan ngga apa-apa. Yang sakit cuma di pipi ini, mungkin waktu saya tabrak mobil itu, yang duluan kena benturan muka saya. Yang aku lihat terakhir adalah nenek yang menyebrang di jalan kuhindari kemudian dari arah berlawanan ada mobil yang juga melaju dengan kencang, setelah itu aku cuma melihat warna putih seperti blitz foto.

3 buah gigi saya tanggal, pas bagian depan atas dan bawah. Hingga kelihatan seperti nenek-nenek yang di panti jompo itu. Pipi sebelah kanan saya penuh goresan aspal, dan berwarna putih. Daging halus kulitku mungkin terkupas oleh aspal jalan yang panas itu. Untung di bagian kepala saya baik-baik saja. Melihat kondisiku sekarang ini aku jadi teringat Reni. Perasaanku yang tadi pagi yang begitu semangat sudah hilang entah berantah menjadikan ciut nyali ini, Aku drop, aku down melihat kondisiku ini. Rasanya tak ada lagi semangat hidup, baiknya aku buang jauh-jauh saja harapku ini pada seseorang yang sangat aku cintai, Seorang yang sudah membuatku tergila-gila selama 3 tahun belakangan ini. Aku menjadi minder, bahkan pada perawat wanita itu saja aku malu apalagi sama Reni yang notabene adalah idolaku. Gimana kabar Reni yah, padahal tadi pagi aku janjian ketemua ma dia. Pupus sudah harapku, pasti dia berpikir, ntu cowok katanya fans banget buktinya ngga nepatin janji mau ketemuan.

"Bu mana ponsel ku ? tuh, di atas meja. 1 Panggilan tak terjawab dan 2 sms baru. Smuanya dari Reni".

"Qino, dimana skrg ?aku udah di kantin nih, kamu pake baju warna apa ?"
Sms keduanya, "Capek deh,...aku balik yah !!!"

Aku tak tahu mau bilang apa, aku ngga balas smsnya. aku pasrah, ngga akan mungkin bisa dapatin Reni, melihat kondisiku sekarang ini. Tidak memungkinkan.

***

Sudah 3 bulan aku di rumah padahal udah baikan tapi belum juga kepengen pergi ke kampus, Aku trauma aku malu melihat bekas luka ini di wajahku, cacat seumur hidup. Anak semuda ini udah memakai gigi palsu, kasihan. Begitupun jadwal harian menghubungi Reni udah ngga aku lakukan. Semenjak kejadian itu aku udah ngga pernah lagi menghubungi Reni, Reni pun sebaliknya. Kayaknya aku harus benar-benar melupakan impianku akan Reni. Lagian dia juga belum tahu siapa saya, bagaimana orangnya.

Adi adalah sahabatku yang paling baik, dia yang selalu memberiku motivasi untuk kembali bergairah menjalani kehidupanku sebagaimana mestinya. "Hei Qino, apa kamu pikir dengan berdiam diri seperti ini semua akan menjadi lebih baik ? coba kau lihat orang-orang cacat di pinggir jalan itu, yang di lampu merah itu. Yang bahkan lebih parah darimu, mereka tidak punya lengan, bahkan ada yang udah ngga ada kakinya, tapi mereka semua ikhlas menerimanya dan menghadapinya dengan senyuman. Jangan kau pikir udah ngga ada yang mau lagi berteman denganmu, atau udah ngga ada lagi perempuan yang mau denganmu. Kamu keliru kawan, masih banyak orang yang bisa menerima kita apa adanya bukan ada apanya. Mataku sempat berkaca-kaca ketika melihat Adi yang dengan semangat bertutur memberikanku motivasi. Terima kasih kawan, engkau memang teman ku yang paling baik.

***

Hari ini, hari pertamaku masuk kuliah, Aku memeriksa nafas hidungku sebelum melangkah keluar rumah, Sekarang ini aku ngga mau lagi naik motor, lebih baih naik angkot saja. Aku jadi takut kalau naik motor. Mungkin kecelakaan itu yang membuatku jadi trauma. Ini adalah ujian pertamaku menghadapi rasa minderku di hadapan banyak orang. Aku berjalan tertunduk menuju kelasku, aku tidak berani melihat wajah orang-orang itu. Ketika sampai pas depan kelasku, Reni lewat dihadapanku. Bikin aku salah tingkah, Wanginya membiusku serasa berada di taman bunga. Harum semerbak. Semakin dekat dia berjalan keringatku semakin mengalir deras keluar dari pori-poriku. Oh Tuhan dia tersenyum kepadaku sambil berlalu. Aku yakin dia tersenyum kepadaku karena ngga ada lagi orang di belakang saya. Cuma aku sendiri. Betul-betul cewek idolaku tuh, udah cantik, pintar, sholeha, murah senyum lagi.

"Reni......!!! Tunggu sebentar", entah dari mana tuh suara ngebass. Aku balik kiri kanan ngga ada siapa-siapa. "yah kenapa ..???", Reni langsung membalikkan badannya pas berhadapan denganku. "bu...bu.. bukan saya mbak yang panggil...!", Sahutku agak grogi. "Reni aku di sebelahmu..!" di balik jendela... Oh ternyata adi toh. Kenapa di ?. Ada yang nitip salam Ren, dia udah 3 tahun Perhatiin kamu. Itu orangnya...!!!

"Oh, jadi kamu yang namanya Qino !!! Hai, pa kabar ? kok ngga pernah ada kabar lagi sih ?". "eh..e..anu. Aku kebelet pipis." Aku langsung lari terbirit-birit meninggalkan mereka. Maafkan aku ren, aku sangat malu berhadapan denganmu. Aku tak tahan ditatap oleh mata indahmu itu.

Huh, malam ini aku ngga bisa tidur. Hening menghampiriku cuma bayangan reni yang menemaniku. Kejadian tadi siang trus melayang di otakku. Tiba-tiba ponselku berdering, ada panggilan masuk. Aku lihat namanya Rh3nY Sw33t.

Ha..Hallo, Assalamualaikum....!
"Waalaikumsalam, dengan Qino ?"
i..iya ini Qino...
"Mengganggu ngga ?"
ah, ngga kok...
"kok kamu gitu sih ?"
oh iya, maaf yah Ren. Aku sangat malu tadi, aku belum siap.
"Aku sudah dengar semua tentangmu dari Adi, aku bersyukur banget punya admirer kayak kamu yang benar-benar tulus. Sebenarnya udah lama aku mau cerita ke kamu satu hal yang mungkin kamu belum tahu."
Apa itu Ren ?
"Aku senang banget bisa kenal ma kamu, semoga kita bisa menjadi teman atau sahabat yang baik. Qino, ada seseorang yang sudah lebih dulu membangun pondasi benteng cinta ini dan berdiri sangat kokoh. Maafkan aku jika yang saya ucapkan ini tidak enak untukmu tapi satu hal, saya sangat benci kepada orang-orang yang dulunya ingin dekat sama saya tapi ketika sudah tahu berita ini, jejak mereka tiba-tiba hilang sedikit demi sedikit. yang aku harapkan darimu Qino, kamu tetap seperti yang kemarin aja".

***

Kini tlah kusesali tapi kuingin kau bahagia, teruslah kau tersenyum dan hiduplah dengan cintanya. Biar kusimpan bayangmu dihatiku selalu selamanya. Dan bila nati kau sudah tak bersamanya, ku masih membuka pintu hati ini yang slalu kujaga untukmu...

...:::mungkin bersambung:::...



No comments:

Post a Comment