Pada dasarnya terapi diet yang terpenting adalah menghilangkan sumber peptide dari casein (susu sapi/domba) dan gluten (gandum). Berikut adalah penjelasannya:
a. Menghilangkan Casein. Casein adalah fosfo-protein yang terdapat dalam susu. Cara penerapan diet dengan menghilangkan segala sesuatu dari susu (susu sapi, kambing, susu bubuk, skim, mentega, keju, krim, laktosa, cottage, dll). Efek yang terlihat tergantung dari umur si anak, semakin muda biasanya semakin cepat. Pada 1995, Lucarelli melakukan penelitian dan hasilnya 66% dari 36 pasien autisnya mengalami perbaikan perilaku setelah diberi terapi bebas susu selama delapan bulan. Dalam kurun waktu tertentu efek samping dari diet tetap ada seperti penurunan berat badan, tetapi pada akhir minggu ke-3 hat tersebut akan membaik.
b. Menghilangkan Gluten. Berarti menghilangkan protein (prolamin) dari jenis gandum-ganduman, misalnya wheats, barley, bulgur dan oats. Terutama bagi orang Barat, karena makanan pokok mereka adalah cereal yang notabene berasal dari gandum. Sedangkan Indonesia tergantung dari nasi, jadi untuk melakukan diet gluten tidak begitu kesulitan. Tahun 1999, Whiteley (Inggris) melakukan percobaan pengurangan kadar peptide dalam urin, dan hasilnya 26% saja dalam 5 bulan. Mengapa hanya sedikit? Secara ya, peptide sering masuk ke dalam jaringan tubuh. Peptide yang sedemikian banyak akan disimpan dalam jaringan lemak. Makin tua umur anak maka semakin banyak yang diserap, jadi lebih sulit untuk membuangnya.
Menghilangkan gluten dari makanan efek yang ditimbulkan tidak langsung wah alias dramatis, kecuali pada anak yang masih kecil. Biasanya terlihat dalam 3 - 4 minggu, dan sebaiknya diet dilakukan paling sedikit selama 3 bulan.
Source:
Lucarelli, S et al. 1995. Food Allergy and Infantile Autism. Panminerva Medica.
Whiteley, P; Rodgers, J; Svery, D & Shattock, P. 1999. A Gluten Free Diet as Intervention for Autism and Associated Disorder: Preliminary Finding Autism. International Journal of Research and Practice.
No comments:
Post a Comment